Pengolahan kotoran sapi menjadi kompos bisa dilakukan oleh peternak dimanapun berada, karena caranya sederhana, mudah diikuti dan bahannya tersedia disekitar peternak sendiri.
Langkah awal yang dilakukan dalam pengolahan kotoran sapi menjadi kompos adalah, menyiapkan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, yaitu :
1. Kotoran sapi minimal 40%, dan akan lebih baik jika bercampur dengan urin.
2. Kotoran ayam maksimum 25% (jika ada).
3. Serbuk dari kayu sabut kelapa 5% atau limbah organik lainnya seperti jerami dan sampah rumah tangga
4. Abu dapur 10%
5. Kapur pertanian
6. Stardec 0,25%.
Mengingat Stardec merupakan stimulan untuk pertumbuhan mikroba (Stardec dapat pula merupakan agregat bakteri atau cendawan dorman) maka billa stardec tidak tersedia dapat diganti dengan kompos yang sudah jadi, karena di dalam kompos juga tersedia agregat bakteri atau cendawan pengurai bahan organic yang sedang dorman.
Setelah semua bahan terkumpul, ikuti proses pengolahan kompos sbb :
1. Sehari sebelum komposing dimulai (H-1), campurkan bahan utama (kotoran sapi, kotoran ayam jika ada, sabut kelapa/serbuk gergaji, abu dapur dan kapur pertanian) secara merata, atau ditumpuk mengikuti lapisan :
a) Kotoran ayam ditempatkan paling bawah (jika ada) dan dibagian atasnya ditempatkan kotoran sapi. Tinggi kotoran ayam dan sapi maksimum 30 cm (Gambar 1).
b). Lapisan berikutnya dari kapur pertanian (Gambar 2), yaitu untuk menaikkan PH karena mikroba akan tumbuh baik pada PH yang tinggi (tidak asam).
c). Gunakan serbuk dari sabut kelapa, karena C/N-nya lebih rendah ( +60) dan mengandung KCl, sedangkan kalau menggunakan sabuk gergaji (Gambar 3) kadar C/N-nya sangat tinggi (+ 400)
d. Dan paling atas adalah abu. (Gambar 4)
1. Tumpukan seperti pada point 1 di atas, harus diulangi sampai ketinggian sekitar 1,5 meter.
2. Pada hari pertama (H0), tumpukan bahan disisir, lalu ditaburi dengan stardec (Gambar 5) sebanyak 0,25% atau 2,5 kg untuk campuran sebanyak 1 ton.
3. Tumpukan bahan minimal dengan ketinggian 80 cm.
4. Biarkan tumpukan selama satu minggu (H+7) tanpa ditutup, namun harus terjaga agar terhindar dari panas dan hujan. Artinya, pada hari ketujuh, campuran bahan harus dibalik, agar diperoleh suplai oksigen dalam proses komposing. Pembalikan ini dilakukan kembali pada hari ke 14, 21 dan 28.
5. Pada hari ke 7 suhu bahan mulai meningkat sampai dengan hari ke-21. Peningkatan bisa mencapai 60-70 C, dan akan turun kembali pada hari ke 28 atau tergantung bahan yang digunakan. Jika lebih banyak menggunakan bahan dari kotoran ayam, suhu bahan menjadi lebih tinggi dalam waktu lebih lama (bisa mencapai lebih dari 70C dalam waktu lebih dari 28 hari). Jika hanya memakai bahan dari kotoran ternak sapi, proses meningkatnya suhu akan terjadi selama 21 hari dan akan menurun pada hari ke 28, dengan tingkat suhu 35-40 C.
Perlu dipahami, bahwa meningkat dan menurunnya suhu menandakan proses komposing berjalan sempurna, yang ditandai dengan adanya perubahan warna bahan menjadi hitam kecoklatan.
Suhu yang tinggi selama proses komposing juga berfungsi untuk membunuh biji-biji gulma dan bakteri patogenik. Selain itu, apabila dilakukan uji laboratorium, pupuk organik yang dihasilkan akan memiliki komposisi sebagai berikut :
a. Kelembaban 65%
b. C/N ratio maksimum 20
c. Total Nitrogen (N) > 1,81%
d. P205 > 1,89%
e. K2O > 1,96%
f. CaO > 2,96%
g. MgO > 0,70%
h. Kapasitas Tukar Kation > 75 me/100 g
j. pH 6,5 – 7,5
Dengan komposisi tersebut, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk organik berkualitas tinggi, sehingga sangat baik untuk digunakan bagi semua tanaman, tambak dan kolam ikan.
Source(s) Information
-Johan Purnama DVM MSc
-Taufikurrahman Pua Note, S.Pt, Field Technician (Livestock/Fishery)
-SPFS PMU Indonesia Photo collections
-Taufikurrahman Pua Note, S.Pt, Field Technician (Livestock/Fishery)
-SPFS PMU Indonesia Photo collections