Jumat, 20 April 2012

Pengolahan Limbah Ternak Sapi Menjadi Pupuk Organik Berkualitas Tinggi


Pengolahan kotoran sapi menjadi kompos bisa dilakukan oleh peternak dimanapun berada, karena caranya sederhana, mudah diikuti dan bahannya tersedia disekitar peternak sendiri.
Langkah awal yang dilakukan dalam pengolahan kotoran sapi menjadi kompos adalah, menyiapkan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan, yaitu :
1.       Kotoran sapi minimal 40%, dan akan lebih baik jika bercampur dengan urin.
2.       Kotoran ayam maksimum 25% (jika ada).
3.       Serbuk dari kayu sabut kelapa 5% atau limbah organik lainnya seperti jerami dan sampah rumah tangga
4.       Abu dapur 10%
5.       Kapur pertanian
6.       Stardec 0,25%.
Mengingat Stardec merupakan stimulan untuk pertumbuhan mikroba (Stardec dapat pula merupakan agregat bakteri atau cendawan dorman) maka billa stardec tidak tersedia dapat diganti dengan kompos yang sudah jadi, karena di dalam kompos juga tersedia agregat bakteri atau cendawan pengurai bahan organic yang sedang dorman.

Setelah semua bahan terkumpul, ikuti proses pengolahan kompos sbb :
1.       Sehari sebelum komposing dimulai (H-1), campurkan bahan utama (kotoran sapi, kotoran ayam jika ada, sabut kelapa/serbuk gergaji, abu dapur dan  kapur pertanian) secara merata, atau ditumpuk mengikuti lapisan :
a)       Kotoran ayam ditempatkan paling bawah (jika ada) dan dibagian atasnya ditempatkan kotoran sapi. Tinggi kotoran ayam dan sapi maksimum 30 cm (Gambar 1).
b). Lapisan berikutnya dari kapur pertanian (Gambar 2), yaitu untuk menaikkan PH karena mikroba akan tumbuh baik pada PH yang tinggi (tidak asam).
c). Gunakan serbuk dari sabut kelapa, karena C/N-nya lebih rendah ( +60) dan mengandung KCl, sedangkan kalau menggunakan sabuk gergaji (Gambar 3) kadar C/N-nya sangat tinggi (400)
d.       Dan paling atas adalah abu. (Gambar 4)
1.       Tumpukan seperti pada point 1 di atas, harus diulangi sampai ketinggian sekitar 1,5 meter.
2.       Pada hari pertama (H0), tumpukan bahan disisir, lalu ditaburi dengan stardec (Gambar 5) sebanyak 0,25% atau 2,5 kg untuk campuran sebanyak 1 ton.
3.       Tumpukan bahan minimal dengan ketinggian 80 cm.
4.       Biarkan tumpukan selama satu minggu (H+7) tanpa ditutup, namun harus terjaga agar terhindar dari panas dan hujan. Artinya, pada hari ketujuh, campuran bahan harus dibalik, agar diperoleh suplai oksigen dalam proses komposing. Pembalikan ini dilakukan kembali pada hari ke 14, 21 dan 28.
5.       Pada hari ke 7 suhu bahan mulai meningkat sampai dengan hari ke-21. Peningkatan bisa mencapai 60-70 C, dan akan turun kembali pada hari ke 28 atau tergantung bahan yang digunakan. Jika lebih banyak menggunakan bahan dari kotoran ayam, suhu bahan menjadi lebih tinggi dalam waktu lebih lama (bisa mencapai lebih dari 70C dalam waktu lebih dari 28 hari). Jika hanya memakai bahan dari kotoran ternak sapi, proses meningkatnya suhu akan terjadi selama 21 hari dan akan menurun pada hari ke 28, dengan tingkat suhu 35-40 C.
Perlu dipahami, bahwa meningkat dan menurunnya suhu menandakan proses komposing berjalan sempurna, yang ditandai dengan adanya perubahan warna bahan menjadi hitam kecoklatan.

Suhu yang tinggi selama proses komposing juga berfungsi untuk membunuh biji-biji gulma dan bakteri patogenik. Selain itu, apabila dilakukan uji laboratorium, pupuk organik yang dihasilkan akan memiliki komposisi sebagai berikut :
a.     Kelembaban                                         65%
b.     C/N ratio maksimum                           20
c.     Total Nitrogen (N)                                > 1,81%
d.     P205                                                      > 1,89%
e.     K2O                                                        > 1,96%
f.      CaO                                                        > 2,96%
g.     MgO                                                       > 0,70%
h.     Kapasitas Tukar Kation                      > 75 me/100 g
j.      pH                                                           6,5 – 7,5

Dengan komposisi tersebut, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk organik berkualitas tinggi, sehingga sangat baik untuk digunakan bagi semua tanaman, tambak dan kolam ikan.
Source(s) Information
-Johan Purnama DVM MSc
-Taufikurrahman Pua Note, S.Pt, Field Technician (Livestock/Fishery)
-SPFS PMU Indonesia Photo collections


Rabu, 04 April 2012

BELAJAR SABAR

Suatu hari, hari yang paling "Spektakuler".jujur aja ad kesel,emosi,pengen ketawa,bingung,keroco,dan banyak lagi.Di awali dengan obralan sesaat,dan bncang-bincang setelah itu beranjak pulang.Kami berempat jalan turun ke bawah,3 orang berjalan di depan dan 1 di belakang.Di balik keheningan suara,ada suara kecil memanggil-manggil.Mungkin orang yang di belakang itu buru-buru ataupun lagi bales SmS sehingga tidak terdengar suara kecil tersebut.Setelah berjalan kira-kira 5 meter,terdengar suara "Gubrak jabrot...",kami bertiga melihat ke belakang,dan teman saya yang di belakang di hantam oleh seseorang yang aneh entah siapa.Saya pisahkan orang tersebut dari teman saya,tampangnya yang so kuat,so penting...bkin kesel dah.Saya tenang kan orang tersebut,kalau dari b.sunda "ngelingken eta jalma".ngobrol2 cukup panjang,sambil menenangkan orang tersebut,kami pun beranjak pulang dengan hati yang masih emosi...jujur saja paling kagak suka liat orang nyelesaikan masalahnya dengan emosi,semudah masalahnya kalau diatasi dengan hati yang emosi MOAL BERES BERES...so keep smile and happy

Minggu, 01 April 2012

jawa tengah poppulasi sapi terbesar kedua


Posted on Mar 25, 2012 in Bisnis, Fokus Utama | 0 comments
http://www.livestockreview.com/wp-content/uploads/2012/03/sapi-jateng1-300x171.jpgLivestockreview.com, Bisnis. Menteri Pertanian Suswono, memaparkan, populasi hewan ternak sapi potong di Provinsi Jawa Tengah 2011, mencapai 1,9 juta ekor atau terbesar kedua di Indonesia.
“Sehingga, Jateng merupakan populasi sapi potong terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur,” kata Suswono disela acara “Panen Pedet” di Wonogiri, Jateng, belum lama ini.
Menurut Menteri Pertanian, populasi sapi dan kerbau di Jateng 2011 mencapai 2,1 juta ekor, sedangkan Jatim terbesar dengan populasi mencapai 4,7 juta ekor. Oleh karena itu, Provinsi Jateng bertekad daerahnya menjadi pusat sapi potong yang mampu menyuplai provinsi di pulau Jawa, Sumatera, dan provinsi daerah lainnya.
Kegiatan panen pedet di Wonogiri tersebut, kata dia, bentuk apresiasi pemerintah Pusat terhadap Pemerintah daerah dan seluruh komponen pendukungnya termasuk petugas lapangan inseminator dan peternak dalam memajukan peternakan sapi lokal dan persilangan di Jateng.
Kegiatan panen pedet sebelumnya juga dilakukan di tiga provinsi yakni Lampung, Aceh, dan Jatim. Diharapkan kegiatan itu, dapat lebih memotivasi daerah lain untuk meningkatkan populasi ternak untuk mendukung program nasional. Menurut Menteri, dengan upaya menyukseskan program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDS/K) tahun 2014, antara lain optimalkan inseminasi buatan dan kawin alam, pengembangan RPH dan pengendalian pemotongan sapi betina produktif.
Sinkronisasi birahi sebagai bagian dari kegiatan IB, memiliki peran besar dalam peningkatan populasi dan produksi. Hal itu, secara teknis dalam dijelaskan sebagai suatu tindakan medis pemberian preparat hormon protagladin pada sapi-sapi betina produktif terseleksi bertujuan penyerataan birahi dalam satu kelompok.
Pada tahapan ini, kata dia, peran dan intervensi pemerintah melalui inseminator sangat penting, karena untuk proses penyuntikan hormon harus benar-benar tepat waktu dan dosisnya. Hormon termasuk daftar obat keras, sehingga diperlukan keahlian tindakan medis. Para peternak sapi di Jateng, terutama di Kabupaten Wonogiri telah mengikuti program pemerintah, yakni melaksanakan sinkronisasi birahi, sehingga menghasilkan kelahiran serentak hingga Desember 2011 mencapai 316 ekor anak sapi.
“Hal ini, Wonogiri secara langsung mendukung percepatan pencapaian PSDS/K tahun 2014,” katanya. Menurut Menteri, kegiatan panen pedet di Wonogiri merupakan pesta rakyat yang dirancang oleh peternak sapi untuk para peternak lainnya dari, oleh dan untuk peternak.
Kegiatan tersebut juga dapat dijadikan event tahunan pesta peternak sapi, yang tidak saja dapat memamerkan pedet-pedet (anak sapi), tetapi juga sebagai ajang produksi bagi peternak sendiri. Menteri Pertanian berharap bahwa kegiatan tersebut dapat berlanjut dan dikembangkan menjadi contoh bagi kabupaten lainnya dalam rangka meningkatkan populasi ternak.
“Kegiatan ini, diharapkan diperoleh efek ganda, yakni peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak sekaligus menunjang percepatan swasembada daging sapi,” kata Pak Menteri Pertanian RI.  follow our twitter: @livestockreview